Laman

Selasa, 02 Juni 2009

Reminiscing Old Memories


Sebenarnya saya lebih suka blogging, karena dengan blogging saya bisa menyalurkan nafsu saya untuk mengagitasi dan memprovokasi orang lain lewat media tulisan (he he he.........). Saya sering mengabaikan e-mail undangan dari hi5, friendster, atau facebook karena menurut saya, itu hanya untuk anak-anak remaja (yang ternyata saya dalam hal ini salah).

Sampai suatu hari seorang murid saya berkata,"Pak Guru, ajarin cara kita bikin akun di faacebook, dong!"
Meskipun agak enggan, saya ikutin juga kemauannya karena saya emang gak mau menolak keinginan murid saya. Setelah menyelesaikan akun facebook untuk murid saya itu, saya iseng-iseng mengetik beberapa nama di tab pencarian teman, dan saya menemukan begitu banyak teman lama saya ada di sana.

Salah seorang di antaranya adalah Yudi Winanto, S.Pd.
Teman yang luar biasa dalam artian yang sebenarnya. Kurus (cenderung ceking), selalu pake jean lusuh, bawa tas besar berisi tustel dan peralatan lukis, gondrong, cuek, dengan sepatu pantopel yang diinjek belakangnya (emang lagi trend waktu itu). Salah seorang teman yang memberi warna pada hidup saya. Dia yang memberi kepercayaan kepada saya untuk berani tampil apa adanya. Dengan penampilan apa adanya, dengan pemikiran sederhana, tapi menyentuh esensi masalah kami waktu itu.

Beberapa hal yang tidak bisa saya lupakan dari teman Yudi adalah, dia pernah ikut latihan pernapasan di Merpati Putih, tapi berhenti karena oleh sebab itu dia banyak makan? Katanya seh, takut gemuk, padahal ibunya yang cantik, ramah dan lembut (apa kabarnya ya?) sudah senang melihat Yudi banyak makan.

Hal kedua adalah dia sangat kreatif dalam arti benar-benar kreatif. Kreatif dalam design dua dimensi dan tiga dimensi (mungkin juga design dimensi ke enam, siapa tahu?), kreatif mengutak-atik kata, dari yang iseng, serius, bikin senyum, atau bikin merah padam, meski dia sering kalah main scrable di belakang kantin Miah. Dan pintar memprovokasi. Mungkin salah satu sebab saya suka memprovokasi orang adalah karena saya bergaul dengan Yudi (he he he, peace man).

Hal ketiga adalah motor yamaha kenangan. Dengan motor itu, kami berdua pernah memprovokasi orang untuk balapan di sekitar jembatan Ampenan (ha ha ha, King lawan yamaha ceketer?).

Hal ke empat adalah sikap empathy-nya. Dulu saya termasuk orang yang tidak pedulian pada nasib orang lain, karena saya merasa nasib saya juga tidak lebih baik dari mereka dan sayalah yang lebih berhak di tolong. Tapi berkat bergaul dengan Yudi, saya menjadi lebih peduli sama nasib orang lain, terutama mahasiswa-mahasiswa yang tertindas.

Dan yang kelima adalah pidato inagurasi saat kami Yudisium yang disampaikan oleh Yudi Winanto, S.Pd. Padahal secara ghalib, yang memberikan pidato ini adalah mahasiswa dengan nilai yudisium tertinggi. Tapi Yudi mengambil alih podium. Yang paling saya ingat adalah kalimat, "Berburu ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Kepada guru kamu kurang ajar, nilai E tanggung sendiri." Selama sejarahnya FKIP hanya kali itu para dosen mendapat kritik pedas di acara formal di mana biasanya pada pidato semacam itu mereka mendapat ucapan terima kasih dan puji-pujian.Sayang moment itu tidak ada yang abadikan dengan foto (karena yang tukang foto yang pidato)

Terakhir, tapi bukan semuanya, adalah perjalanan saya bersama Yudi dan teman-teman ke beberapa tempat wisata. Ke hutan wisata Suranadi, berfoto sambil naik pohon, ke padang golf, hanya untuk makan di restaurantnya, ke mana lagi ya?

Sejak saya sibuk jadi guru di Lombok Timur, dan Yudi menjadi wartawan di Bali, kami tidak pernah bertemu lagi. Tapi saya tetap mengenangnya sebagai salah seorang teman terbaik saya.