Dua pekan menjelang Muktamar 1 Abad Muhammadiyah di Yogyakarta, suasana kota Yogya, kampung halamannya Muhammadiyah, terasa kental dengan suasana Muktamar. Balon-balon raksasa, baliho, spanduk, stiker, bertemakan Muktamar satu Abad, bisa kita lihat di sebagian besar tempat di kota Yogya.
Memasuki kampung Muhammadiyah (Kampung Kauman, saya katakan kampung Muhammadiyah karena di situlah dimulainya dakwah Ketib Amin seratus tahun yang lalu), suasan muktamar sangat kental. Mesjid Gede tempat dimulainya dakwah Muhammadiyah berbenah. Halaman ditutup pasir, pohon jati yang sudah ditebang dibuatkan replikanya, kolam masjid dibenahi, film 100 tahun Muhammadiyah mengambil masjid Gede sebagai salah satu lokasi shooting (gak tanggung-tanggung, film ini disutradarai Hanung Bramantyo). Ibu-ibu sampe tukang becak membicarakannya. Muktamar yang ke-46 ini benar-benar Muktamar yang ditunggu-tunggu warga Muhammadiyah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perjuangan awal yang keras dan berat itu, akhirnya berbuah manis juga. Kini Muhammadiyah menjadi organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Nomor dua setelah NU. Ulama-ulama Muhammadiyah telah berhasil mewarnai kehidupan beragama dan bernegara di Republik ini. Dengan penampilan teknokrat, otak ulama, Muhammadiyah berhasil merespon semua tantangan zaman dengan Tajdid.
Selamat bermuktamar, dan harus terus menjadi organisasi keagamaan tanpa embel-embel keinginan untuk menjadi partai politik. It was an out of date passion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar