Senin, 09 Agustus 2010
Menjelang Ramadhan
Suatu pagi di akhir bulan Sya'ban 1431 H, saya terbangun dengan perasaan gundah karena harus masuk kantor pagi itu, padahal persiapan saya untuk menyambut Ramadhan, tamu saya yang paling saya mulikan, belum maksimal.
Saya belum mengecat rumah, saya belum silaturrahmi ke tetangga dan orang tua, saya belum bagi-bagi uang (yang meski tidak banyak) ke para anak yatim dan orang miskin tetangga saya. Tapi saya harus masuk kantor.
Di kamar mandi saya merenung, kenapa di negara yang mayoritas Islam ini yang propinsinya dipimpin Tuan Guru lulusan al-Azhar University, Mesir, tidak ada kebijakan yang meliburkan pegawainya menjelang Ramadhan utnuk mempersiapkan diri menyambut bulan yang Mulia ini? Kenapa kalau perayaan Kemerdekaan Negara, yang baru sampai pintu gerbang itu, kita diminta untuk menyambutnya secara khusus, sedangkan menyambut Bulan Mulia tidak? Tidak ada suara di corong masjid yang mengingatkan masyarakat untuk membersihkan rumah, memasang umbul-umbul, mengecat pagar rumah, seperti ketika kita harus menyambut HUT Negara?
Apakah karena pemerintah menganggap Ramadhan itu sama dengan bulan-bulan yang lain sehingga banyak masyarakat yang memasuki Ramadhan dan keluar darinya dalam keadaan "biasa-biasa" saja? Padahal menurut Nabi yang Mulia, sangat merugi manusia yang keluar dari Ramadhan tanpa memperoleh Barokah, Ampunan dan Rahmat dari Allah pencipta Seluruh Alam.
Nanti malam insyaAllah tarawih. Saya ingat kegairahan shalat berjamaah dengan jamaah yang banyak di masjid-masjid. Saya akan mandi besar, kemudian pake baju taqwa yang baru, peci baru, sarung baru, parfum aroma baru, sandal baru, dan ke mesjid lebih awal dari biasanya. Saya ingin menyambut Ramadhan ini dengan penampilan yang bersih, rapi dan harum di tempat yang mulia. Tapi astghfirullah, baju, peci, sandal, parfum, belum saya beli. Saya lupa membelinya karena rutinitas sehari-hari di kantor.
Seandainya saja pemerintah tidak lalai mengingatkan saya akan hal-hal tersebut, seperti cara mereka mengingatkan saya tentang menyambut HUT Negara, mungkin saya tidak akan lupa. Mungkin saya akan membelinya jauh-jauh hari sebelumnya, atau saya akan membelinya hari ini, kalau saja kantor saya diliburkan.
Renungan saya terhenti karena saya harus ke kantor hari ini. Bergegas memakai baju karena saya terlalu lama di kamar mandi, saya kemudian memacu motor saya selaju mungkin menuju kantor karena sebentar lagi apel pagi akan dimulai. Jalan ramai, pekerjaan yang menumpuk, dan persiapan saya yang kurang dalam menyambut Ramadhan segera terlupakan. Apakah cukup dengan mempersiapkan hati saja? Ya Allah, ampunkan hamba karena lalai mempersiapkan penyambutan yang baik terhadap bulanMu yang mulia ini.
Marhaban ya Ramadhan.
(picture by Very Ilham Ridho)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar