Laman

Rabu, 16 Oktober 2013

Kepala Sekolah Harus Bagaimana?

Suatu hari saya sedang menjalankan tugas journalistik saya dan seorang teman yang pejabat di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) kabupaten Lombok Timur, Azizurrahman, mendekati saya dan menguraikan kekesalannya.

"Coba Anda muat ini di CR. (maksudnya adalah Koran harian Corong Rakyat - www.corongrakyat.co.id)
“Saya menilai SMA-SMA di kota tidak paham betapa pentingnya UKS ini.  Penilaian UKS ini tidak melulu hanya kebersihan sekolah, tetapi juga manajemen dan upaya sekolah dalam meningkatkan kesehatan warga sekolah,” tegas Azizurrahman dcengan muka kesal.
Saya agak kaget juga dengan pernyataan itu. "Ada apa?" tanya saya.

"Sekarang ini kami sedang melakukan penilaian UKS untuk sekolah SD, SMP, dan SMA Kabupaten Lombok Timur. Kami kemarin hari Senin (7/10/2013) mengadakan penilaian ke SMAN 2 Selong. Di sana tim kami dianggap tidak ada. Kami dicuekin. Kepala sekolahnya tidak mengerti UKS. Terus apa gunanya para Kepala Sekolah SMA itu melakukan study banding sampai ke Malaysia? UKS saja tidak mengerti,” tanya pria yang juga Kepala Seksi Kesiswaan Bidang PORA Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur  itu dengan nada tinggi.

Saya tentu saja kaget dengan ungkapan Pak Aziz (begitu biasanya dipanggil). Saya berjanji untuk menindaklanjuti berita tersebut. Ketika saya kembali ke kantor Dikpora Lotim untuk melakukan wawancara dengan salah seorang pejabat yang lain di sana, saya bertemu dengan Ketua Tim Penilai UKS, H. Muhir, M.Pd yang memimpin proses penilaian di SMAN 2 Selong Senin itu. Saya langsung bertanya kepada pak H, Muhir mengenai keluhannya Pak Aziz itu. 

Ternyata tanggapannya agak berbeda. Pak haji Muhir mengatakan bahwa hal itu bukan masalah.
“Bagi saya tidak ada masalah, ketika kami datang hari itu Kepala Sekolah memang tidak ada karena sedang ada MKKS. Tetapi tugas penilaian bisa kami tuntaskan dan tidak ada masalah,” kata lelaki yang berprofesi sebagai pengawas SMK itu.

Hal ini tentu agak mengherankan saya, kenapa Ketua Tim Penilai bisa berbeda kesan dan pendapat dengan Ketua Panitia Penilai UKS.

Akhirnya saya menemui Kepala SMAN 2 Selong, Ahmad Supandi, M.Pd. Beliau mengaku kalau pada hari itu dirinya memang sedang tidak berada di sekolah.
“Ada pertemuan MKKS di SMAN 1 Suela, tapi saya sudah memberitahukan Wakil Kepala Sekolah dan guru-guru yang berhubungan dengan itu bahwa pada hari itu  ada penilaian UKS." 
" Terus terang saja kami agak bingung dengan pennilaian UKS. Kami tidak  pernah menerima surat pemberitahuan tentang akan adanya penilaian UKS. Apa saja yang akan dinilai, kami juga tidak tahu,” kata Kepala Sekolah. "Saya tahunya ada penilaian itu lewat telepon Ketua Panitia bahwa akan ada penilaian pada hari Senin. Telepon itu saya terima pada malam Sabtu (5/10). Katanya ada surat lewat UPTD Sukamulia, tapi kami tidak pernah terima,” terang pak Supandi, M.Pd. 

Pak Supandi mengatakan telah mendelegasikan penerimaan dan pelayanan Tim Penilai kepada para Wakil Kepala Sekolah. Dan itu sudah dilakukan. Teman-teman melaporkan semuanya berjalan lancar. Saya pikir ketidakberadaan saya di sekolah saat itu bukanlah suatu hal besar. Pada hari itu di SMAN 2 Selong juga sedang berlangsung Debat antar siswa SMA se Kabupaten Lombok Timur dengan tema Anti Korupsi. Dan tidak ada masalah saya tidak ada di sekolah karena semuanya sudah saya delegasikan. 
"Kami sudah dinilai. Jadi, saya tidak mengerti kalau ada pejabat yang mengatakan Kepala SMAN 2 Selong tidak mengerti UKS hanya karena saya tidak ada di sekolah hari itu," katanya sambil menunjuk sebuah Piala Juara I tingkat propinsi sebagai Green School.

Seharusnya mendapatkan predikat baik dalam lomba UKS tingkat Kabupaten tidak akan lebih sulit daripada mendapatkan Piala itu, batin saya. Saya kemudian meminta izin untuk mengelilingi sekolah tersebut. Dari hasil keliling-keliling itu saya temukan bahwa sekolah itu memang pantas mewakili kota Selong sebagai sekolah yang berhasil dalam UKS. Lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan hijau memberikan rasa betah di lingkungan sekolah.
Disinggung mengenai hasil studi banding ke Malaysia dan hubungannya dengan UKS, dengan tertawa kecil pria yang akrab disapa pak Pendo, yang pernah magang di Australia selama setahun sebagai peserta pertukaran Guru Indonesia - Australia tersebut.itu menjawab tidak ada hubungannya.
“Yang kami pelajari di Malaysia itu adalah system pembelajaran, manajemen sekolah, dan manajemen kurikulumnya. Kami ingin tahu bagaimana mereka mengelolanya sehingga pendidikan mereka bisa maju,” tandasnya.
Hal itu, tambahnya pula, kemudian saya terapkan di sekolah sehingga anda bisa lihat sekarang, SMAN 2 Selong jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaannya tiga tahun yang lalu. Jadi kami tidak jauh-jauh ke Malaysia untuk belajar UKS.

Saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh Albus Dumbledore kepada Harry Potter,"Greatness inspires envy. Envy engenders spites. Spite spawns lies."
Ada Kepala Sekolah yang sudah bekerja keras dan menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Tetapi menjadi luar biasa saja tidak cukup. Ada hal-hal di luar logika dan perhitungan kasat mata yang harus dibayar (di Indonesia).

Tidak ada komentar: