Laman

Rabu, 16 Oktober 2013

Kepala Sekolah Harus Bagaimana?

Suatu hari saya sedang menjalankan tugas journalistik saya dan seorang teman yang pejabat di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) kabupaten Lombok Timur, Azizurrahman, mendekati saya dan menguraikan kekesalannya.

"Coba Anda muat ini di CR. (maksudnya adalah Koran harian Corong Rakyat - www.corongrakyat.co.id)
“Saya menilai SMA-SMA di kota tidak paham betapa pentingnya UKS ini.  Penilaian UKS ini tidak melulu hanya kebersihan sekolah, tetapi juga manajemen dan upaya sekolah dalam meningkatkan kesehatan warga sekolah,” tegas Azizurrahman dcengan muka kesal.
Saya agak kaget juga dengan pernyataan itu. "Ada apa?" tanya saya.

"Sekarang ini kami sedang melakukan penilaian UKS untuk sekolah SD, SMP, dan SMA Kabupaten Lombok Timur. Kami kemarin hari Senin (7/10/2013) mengadakan penilaian ke SMAN 2 Selong. Di sana tim kami dianggap tidak ada. Kami dicuekin. Kepala sekolahnya tidak mengerti UKS. Terus apa gunanya para Kepala Sekolah SMA itu melakukan study banding sampai ke Malaysia? UKS saja tidak mengerti,” tanya pria yang juga Kepala Seksi Kesiswaan Bidang PORA Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur  itu dengan nada tinggi.

Saya tentu saja kaget dengan ungkapan Pak Aziz (begitu biasanya dipanggil). Saya berjanji untuk menindaklanjuti berita tersebut. Ketika saya kembali ke kantor Dikpora Lotim untuk melakukan wawancara dengan salah seorang pejabat yang lain di sana, saya bertemu dengan Ketua Tim Penilai UKS, H. Muhir, M.Pd yang memimpin proses penilaian di SMAN 2 Selong Senin itu. Saya langsung bertanya kepada pak H, Muhir mengenai keluhannya Pak Aziz itu. 

Ternyata tanggapannya agak berbeda. Pak haji Muhir mengatakan bahwa hal itu bukan masalah.
“Bagi saya tidak ada masalah, ketika kami datang hari itu Kepala Sekolah memang tidak ada karena sedang ada MKKS. Tetapi tugas penilaian bisa kami tuntaskan dan tidak ada masalah,” kata lelaki yang berprofesi sebagai pengawas SMK itu.

Hal ini tentu agak mengherankan saya, kenapa Ketua Tim Penilai bisa berbeda kesan dan pendapat dengan Ketua Panitia Penilai UKS.

Akhirnya saya menemui Kepala SMAN 2 Selong, Ahmad Supandi, M.Pd. Beliau mengaku kalau pada hari itu dirinya memang sedang tidak berada di sekolah.
“Ada pertemuan MKKS di SMAN 1 Suela, tapi saya sudah memberitahukan Wakil Kepala Sekolah dan guru-guru yang berhubungan dengan itu bahwa pada hari itu  ada penilaian UKS." 
" Terus terang saja kami agak bingung dengan pennilaian UKS. Kami tidak  pernah menerima surat pemberitahuan tentang akan adanya penilaian UKS. Apa saja yang akan dinilai, kami juga tidak tahu,” kata Kepala Sekolah. "Saya tahunya ada penilaian itu lewat telepon Ketua Panitia bahwa akan ada penilaian pada hari Senin. Telepon itu saya terima pada malam Sabtu (5/10). Katanya ada surat lewat UPTD Sukamulia, tapi kami tidak pernah terima,” terang pak Supandi, M.Pd. 

Pak Supandi mengatakan telah mendelegasikan penerimaan dan pelayanan Tim Penilai kepada para Wakil Kepala Sekolah. Dan itu sudah dilakukan. Teman-teman melaporkan semuanya berjalan lancar. Saya pikir ketidakberadaan saya di sekolah saat itu bukanlah suatu hal besar. Pada hari itu di SMAN 2 Selong juga sedang berlangsung Debat antar siswa SMA se Kabupaten Lombok Timur dengan tema Anti Korupsi. Dan tidak ada masalah saya tidak ada di sekolah karena semuanya sudah saya delegasikan. 
"Kami sudah dinilai. Jadi, saya tidak mengerti kalau ada pejabat yang mengatakan Kepala SMAN 2 Selong tidak mengerti UKS hanya karena saya tidak ada di sekolah hari itu," katanya sambil menunjuk sebuah Piala Juara I tingkat propinsi sebagai Green School.

Seharusnya mendapatkan predikat baik dalam lomba UKS tingkat Kabupaten tidak akan lebih sulit daripada mendapatkan Piala itu, batin saya. Saya kemudian meminta izin untuk mengelilingi sekolah tersebut. Dari hasil keliling-keliling itu saya temukan bahwa sekolah itu memang pantas mewakili kota Selong sebagai sekolah yang berhasil dalam UKS. Lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan hijau memberikan rasa betah di lingkungan sekolah.
Disinggung mengenai hasil studi banding ke Malaysia dan hubungannya dengan UKS, dengan tertawa kecil pria yang akrab disapa pak Pendo, yang pernah magang di Australia selama setahun sebagai peserta pertukaran Guru Indonesia - Australia tersebut.itu menjawab tidak ada hubungannya.
“Yang kami pelajari di Malaysia itu adalah system pembelajaran, manajemen sekolah, dan manajemen kurikulumnya. Kami ingin tahu bagaimana mereka mengelolanya sehingga pendidikan mereka bisa maju,” tandasnya.
Hal itu, tambahnya pula, kemudian saya terapkan di sekolah sehingga anda bisa lihat sekarang, SMAN 2 Selong jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaannya tiga tahun yang lalu. Jadi kami tidak jauh-jauh ke Malaysia untuk belajar UKS.

Saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh Albus Dumbledore kepada Harry Potter,"Greatness inspires envy. Envy engenders spites. Spite spawns lies."
Ada Kepala Sekolah yang sudah bekerja keras dan menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Tetapi menjadi luar biasa saja tidak cukup. Ada hal-hal di luar logika dan perhitungan kasat mata yang harus dibayar (di Indonesia).

Selasa, 09 Juli 2013

TIPS MENCARI SUAMI KAYA


Seorang gadis muda yang cantik mem-posting ini pada sebuah forum yang popular (http://inspirationalstories.quora.com) disunting dengan beberapa perubahan: 

Judul: Apa yang harus saya lakukan supaya bisa kawin dengan orang kaya?
 

Saya akan berterus terang dengan apa yang akan saya tulis di sini. 
Saya, gadis berusia 25 tahun. Menurut saya dan juga semua orang yang saya kenal, saya sangat cantik, memiliki gaya dan citra yang bagus. Saya ingin kawin dengan laki-laki yang kaya yang berpenghasilan paling kurang Rp 50 juta per bulan.

Mungkin Anda akan berkata bahwa saya rakus. Tapi, di Jakarta, orang dengan penghasilan Rp100 juta/bulan dianggap sebagai kelas menengah.
 

Jadi persyaratan syaa tidak terlalu tinggi, kan. Apakah ada di forum ini yang memiliki penghasilan Rp50 juta sebulan? Kalau “ya”, apakah anda sudah menikah?
Saya ingin bertanya: apa yang harus saya lakukan supaya bisa kawin dengan orang seperti  Anda?
 

Di antara mereka yang pernah saya kencani, yang terkaya memiliki penghasilan Rp25 juta sebulan, dan tampaknya itu berada di batas tertinggi yang saya inginkan.
Karena apabila seseorang ingin pindah ke perumahan kelas atas di Jakarta Pusat, penghasilan Rp 25 juta/bulan tidak akan cukup
Oleh karena itu dengan rendah hati saya mengajukan beberapa pertanyaan di sini:
 
1) Di manakan pemuda-pemuda  yang paling kaya di Jakarta kongkow-kongkow? (Tolong saya diberikan daftar nama dan alamat dari restaurant, bar, atau gym, atau di mana saja mereka biasa terlihat).
2) Kelompok umur berapa yang harus menjadi target utama saya?
 
3) Mengapa kebanyakan istri orang kaya tidak ada yang cantik sekali alias biasa-biasa saja? Saya pernah bertemu beberapa orang gadis yang penampilannya biasa-biasa saja, tapi mereka bisa kawin dengan orang kaya.
 
4) Bagaimana cara Anda menentukan siapa yang bisa menjadi istri Anda dan siapa yang hanya bisa menjadi pacar anda? (tujuan saya sekarang adalah untuk menikah)
 

Salam hormat,

Nona Cantik
 

Berikut adalah jawaban CEO  dari J.P. Morgan:
 

Hai Nona Cantik,
 
Saya sudah membaca postingan Anda dengan penuh minat. Saya yakin ada banyak gadis-gadis lain di luar sana yang juga memiliki pertanyaan yang sama dengan pertanyaanmu. Biarkan saya membeberkan analisa saya terhadap situasi Anda sebagai seorang investor professional.

Penghasilan per bulan saya di atas Rp50 juta, yang saya yakin memenuhi criteria Anda tentang laki-laki yang pantas menjadi suami Anda. Saya harap semua orang di forum ini percaya bahwa saya tidak omong kosong dan membuang-buang waktu Anda.
Dari sudut pandang orang bisnis, adalah merupakan keputusan buruk untuk menikahi Anda. Jawabannya sangat sederhana, oleh karena itu saya akan coba jelaskan.

Mari kita kesampingkan detail yang Anda sebutkan, tapi apa yang Anda sedang lakukan adalah menukar “kecantikan” dengan “uang”: di mana si A menyediakan kecantikan, dan si B membayarnya, adil dan seimbang.

Tapi ada masalah serius di sini, di mana kecantikanmu akan memudar, sedangkan yang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang bagus. Faktanya adalah, penghasilan saya mungkin akan bertambah dari waktu ke waktu sementara Anda tidak akan bertambah cantik dari tahun ke tahun.   

Oleh karena itu, dari sudut pandang ekonomi saya adalah asset yang apresiatif (nilainya terus bertambah), sementara Anda adalah asset yang depresiatif (nilainya terus menurun). Dan buruknya lagi, itu bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponential. Jika kecantikan yang Anda miliki adalah satu-satunya asset yang Anda miliki, maka 10 tahun ke depan, nilai asset Anda akan sangat rendah.
 

Dengan istilah yang kami gunakan pada pasar bursa, setiap perdagangan memiliki posisi, dan berkencan dengan anda adalah “posisi dagang”. Kalau nilai perdagangan sedang turun, kami akan menjualnya, dan tentu saja bukan ide yang bagus untuk mempertahankannya untuk jangka panjan – dan situasi ini sama dengan pernikahan yang Anda inginkan. Mungkin saya terdengar kasar mengatakan ini, tapi untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana, semua asset dengan nilai depresiasi yang besar pasti akan saya jual.  

Semua orang dengan penghasilan di atas Rp50 juta bukanlah orang bodoh; kami mungkin akan mengencani Anda tapi tidak akan pernah menikahi Anda. Jaadi kalau bisa saya sarankan Anda untuk berhenti mencari pemuda kaya yang akan mau menikahi Anda. Dan sebenarnya, Anda bisa membuat diri Anda sendiri menjadi roang kaya dengan penghasilan di atas Rp50 juta/bulan. Dengan cara ini Anda memiliki kans yang lebih besar dibandingkan bila Anda terus berusaha mencari orang kaya yang bodoh.

Semoga jawaban ini membantu.
 

tertanda,
 
J.P. Morgan CEO
  

Kamis, 02 Mei 2013

RESEPSI PERINGATAN HARI KARTINI UNIT DHARMA WANITA PERSATUAN DINAS DIKPORA KABUPATEN LOMBOK TIMUR


Pada hari Rabu, 1 Mei 2013, bertempat di Halaman  Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur dihadiri oleh undangan dari ketua-ketua Dharma Wanita sub unit di lingkungan Dinas Dikpora, UPTD, SMK, SMA se-Kabupaten Lombok Timur, dan ketua Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Lombok Timur, diselenggarakan Resepsi dalam rangka Peringatan Hari Kartini yang ke 134 oleh Dharma Wanita Persatuan Unit Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur .

Sebelum acara dimulai, para undangan dihibur oleh penampilan para penyanyi dan penari terbaik juara Festival dan Lomba Seni Siswa Kabupaten Lombok Timur Tahun 2013. Selain itu tampirl juga para juara lomba senam sasambo yang diperlombakan oleh Dharma Wanita Persatuan Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur.
Acara diawali dengan lantunan ayat suci alqur’an yang dilantunkan oleh qoriah Ahyani Zakiani, siswa kelas XII IPA  SMA Yadinu Masbagik yang pernah menjadi finalis Lomba Tilawatil Qur’an tingkat Asia yang diselenggarakan di Malaysia pada penghujung tahun 2012 yang baru lalu.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan Laporan Ketua Dharmawanita Persatuan Kabupaten Lombok Timur. Dalam sambutannya , Hj. Hartini Syamsuhaidi mengatakan bahwa keberhasilan gerakan emansipasi perempuan berbanding lurus dengan semakin mningkatnya harkat dan martabat perempuan.
Dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Kartini, Dharma Wanita Persatuan Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur menyelenggarakan lomba senam sasambo dan lomba pemakaian jilbab tanpa cermin. Lebih lanjut Ibu 3 anak tersebut menerangkan bahwa tujuan dari diadakannya lomba senam sasambo adalah sebagai salah satu media memasyarakatkan semangat uhkuwah islamiah antar suku di Nusa Tenggara Barat. Begtu juga dengan lomba pemakaian jilbab tanpa cermin yang juga dihajatkan sebagai bentuk sosialisasi pengamalan syareat islam dalam hal penggunaan busana muslimah yang tidak saha berfungsi menjaga kehormatan di satu sisi serta efesiensi pemanfaatan waktu di sisi lain.

Sedangkan dalam sambutannya ketua GOW Kabupaten Lombok Timur menyampaikan pesan supaya para wanita tidak melupakan harkat dan martabatnya sebagai perempuan. “Seberapapun tinggi tingkatan yang bisa dicapai oleh perempuan, kita harus terus ingat bahwa kita ini adalah perempuan yang memiliki kodrat keperempuanan. Kemuliaan prempuan justru ada pada kemampuan kita menjaga harkat dan martabat kita sebagai perempuan,” demikian salah satu pesan , Hj. Bq. Rohmayani Syamsul Lutfi dalam sambutannya.
Acara ditutup dengan penyerahan hadiah untuk pemenang Lomba senam sasambo yang dimenangkan oleh regu dari Dharma Wanita Sub Unit UPTD Selong, sedangkan Juara Pemakaian Jilbab tanpa cermin adalah dari Gharma Wanita Sub Unit SMAN 2 Selong.

Galery Photos:
Salah seorang penari dari SD Negeri Keruak
Hj. Hartini Syamsuhaidi, Ketua DWP Unit Dikpora Lotim sedang menyampaikan laporan panitia
Ketua DWP Unit Dikpora Lotim memberikan hadiah kepada para undangan dengan cara berpakaian terbaik
Ketua GOW Lotim, Hj. Bq. Rohmayani Syamsul Lutfi didampingi Ketua DWP Unit Dikpora Lotim, Hj. Hartini Syamsuhaidi (baju hijau), foto bersama para pemenang lomba senam Sasambo
Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur, Dr. Ir. H. Syamsuhaidi, MS, foto bersama dengan para pemenang lomba memakai jilbab tanpa cermin

Kamis, 04 April 2013

OLIMPIADE SAINS KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Olimpiade Sains adalah kegiatan rutin tahunan yang diadakan berkelanjutan dari tingkat kabupaten sampai dengan dunia. Pada tahun ini Pemda Kabupaten Lombok Timur kembali menggelar Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten untuk siswa SMA pada tanggal 2-3 April 2013. Olimpiade kali ini diikuti oleh 521 siswa yang mengikuti lomba pada 9 Mata pelajaran.  Lomba dilaksanakan di Aula MTs Negeri Selong.

Pada tahun-tahun sebelumnya, hanya ada 8 mata pelajaran, maka pada tahun ini Mata Pelajaran Geografi dipisahkan dari mata Pelajaran Kebumian.sehingga menjadi 9 Mata Pelajaran yang dilombakan pada tahun 2013 ini.

Setelah pemeriksaan lembar jawaban peserta dilakukan, diperoleh Juara untuk masing-masing mata pelajaran. Juara 1, 2, dan 3 akan mewakili Kabupaten Lombok Timur pada lomba yang sejenis di tingkat propinsi pada bulan Mei yang akan datang. Untuk itu, para juara akan diberikan pembinaan oleh guru-guru terbaik di bidang masing-masing di Kabupaten Lombok Timur dengan pembiayaan dari Pemda.

Berikut adalah gambar saat pelaksanaan dan daftar juara:


DAFTAR NAMA JUARA PADA OLIMPIADE SAINS KABUPATEN LOMBOK TIMUR





No. Nama Siswa Asal Sekolah Mata Pelajaran Juara ke
1 Hamidah Tsana Januarti SMAN 2 SELONG EKONOMI 1
2 Adinda Ayu Intan Cempaka Sari SMAN 1 SELONG EKONOMI 2
3 Dwi Rilviana Suci SMAN 1 SELONG EKONOMI 3
4 Yanuary Fahrizal SMAN 1 SELONG BIOLOGI 1
5 Hairil Fiqri SMAN 1 AIKMEL BIOLOGI 2
6 Vemmi Retna indasari SMAN 1 SIKUR BIOLOGI 3
7 Nur Iza Fitriani SMAN 1 SELONG ASTRONOMI 1
8 Rowi al Fata SMAN 1 AIKMEL ASTRONOMI 2
9 Aditia Etika Soanja SMAN 1 SELONG ASTRONOMI 3
10 Logananta Puja Kusuma SMAN 1 SELONG MATEMATIKA 1
11 Muhammad Zaini SMAN 2 SELONG MATEMATIKA 2
12 Baiq Kirana D.M. SMAN 1 SELONG MATEMATIKA 3
13 Juhri Hendriawan SMAN 2 SELONG FISIKA 1
14 Rizqi Fadli SMAN 1 SELONG FISIKA 2
15 Ridwan Al-amudi SMAN 1 SELONG FISIKA 3
16 Kurniawan Mauludi SMAN 1 SELONG KIMIA 1
17 L. Ade Irmawan SMAN 1 AIKMEL KIMIA 2
18 Prahasyanti Yulia N SMAN 2 AIKMEL KIMIA 3
19 Siti Raudatus Solihah SMAN 1 SELONG GEOGRAFI 1
20 Rosyda Julianti SMAN 1 MASBAGIK GEOGRAFI 2
21 M. Khattami SMAN 1 LABUHAN HAJI GEOGRAFI 3
22 Baiq Hijratul H SMAN 1 SELONG KEBUMIAN 1
23 Shofwatunnida S SMAN 1 SELONG KEBUMIAN 2
24 Muhammad Pauzan SMAN 1 AIKMEL KEBUMIAN 3
25 Nurkholis Rahili SMAN 1 SELONG KOMPUTER 1
26 Chandraditya Bagaskara SMAN 1 PRINGGABAYA KOMPUTER 2
27 Ramdan Ariadi SMAN 2 SELONG KOMPUTER 3

Kontes akan segera dimulai
Ngelirik dikit ah, mumpung pengawasnya gak lihat.
Serius ne

H2C, boleh gak ya?

Senin, 01 April 2013

Generasi Rasta



Ada satu lagi komunitas unik anak muda Lombok yakni Komunitas Rasta-mania. Mereka adalah kumpulan para penggemar musik Jamaica. Atributnya adalah rambut gimbal, dengan atau tanpa tambahan assesories berupa gelang tangan dan kaki, kalung, dan baju merah-kuning-hijau. Rastamania ini datang dari generasi, kelamin, latar belakang pendidikan, dan ekonomi yang sangat variatif. Dengan semboyan "Sama Rasa, Sama Rata, Sama-sama Rasta" mereka bisa berbaur satu sama lain dalam satu kegilaan musik reggae dan tentu saja Bob Marley.


Demam reggae bisa jadi merupakan sebuah fenomena sosial yang menarik untuk dikaji mengingat perkembangannya yang luar biasa pesat. Komunitas rasta sedang demam melanda remaja pulau Lombok, meskipun sebenarnya, anggota komunitas ini tidak hanya dari para remaja, melainkan juga para dewasa yang sudah masuk club the forties. Di kota Mataram saja terdapat tidak kurang dari 20 gank rasta dengan jumlah anggota ribuan. Sifat keanggotaan biasanya terbuka. Syarat menjadi anggota juga tidak ribet. Setelah menjadi anggota komunitas, tidak ada kewajiban finansial atau moral yang harus dipegang teguh. Cukup dengan kesamaan hoby dan keinginan tentang musik rastafari. Meskipun begitu, ada konvensi yang harus ditaati oleh setiap orang yang ingin bergabung dalam komunitas, yakni siap sama rasa dan sama rata dengan anggota lain. Hal ini menyebabkan anggota gank rasta bersifat cair dan selalu bertambah, sesuai dengan suasana kelompok dan kecocokan jiwa mereka yang mau bergabung ke dalamnya. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kenapa komunitas rasta juga bermacam-macam. Ada kelompok yang anggotanya terdiri atas remaja tanggung usia 13 sampai 20-an. Ada yang terbentuk karena sama-sama memiliki kesukaan terhadap jenis kendaraan tertentu. Meskipun begitu, identitas rastafaria tetap sama yakni rambut gimbal, warna merah-kuning-hijau.

Menjamurnya kelompok pemuja musik latin saat ini di Lombok mungkin tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh sang Legenda, Bob Marley, ketika menyebarkan pesan kebebasan dan perdamaian lewat lagu-lagunya dalam kurun waktu kurang lebih 18 tahun (1963-1981). Pada akhir tahun 80-an, penggemar musik reggae hanya mahasiswa pergerakan dan musikus reggae. Saat itu tidak ada komunitas yang jelas tentang rastafarian. Pemain musik reggae di club malam di Senggigi hanya sekedar memainkan musik dan mengikuti gaya berpakaian dan rambut gimbal sang Legenda. Mereka kadang terkesan eksklusif dengan dunianya sendiri.

Di sisi lain, para mahasiswa pergerakan menyukai musik yang sama dan mencoba menghayati lirik-lirik yang ada pada lagu Bob Marley and the Wailers. Lagu-lagu yang menggugah ke arah perbaikan nasib para budak dan mereka yang tertindas. Lirik-lirik yang menyuarakan perasaan mereka yang terjajah dan ingin memperoleh kebebasannya dalam persamaan hak. Meskipun para mahasiswa ini juga menyukai musik Jamaica, tapi mereka tetap rajin kuliah sambil terus melakukan gerakan-gerakan yang tidak jarang bersinggungan dengan penguasa Orde Baru. Meskipun sama-sama menyukai musik reggae dan mengidolakan Bob Marley, kedua kelompok ini tidak pernah bertemu dan nongkrong bersama.



Lirik-lirik lagu Bob Marley yang penuh gelora perjuangan tentang kebebasan dan persamaan menjadi semacam goal spirit bagi anak-anak muda penganut rastafaria dalam pencarian jati diri yang penuh perjuangan. Mereka tidak mau terikat sistem di keluarga, lingkungan, maupun sekolah. Simak saja penggalan lirik Babylon System oleh Bob Marley  berikut ini:
We refuse to be
What you wanted us to be;
We are what we are:
That's the way (way) it's going to be. If you don't know!
You can't educate I
For no equal opportunity:
(Talkin' 'bout my freedom) Talkin' 'bout my freedom,
People freedom (freedom) and liberty!



Saya mencoba berbincang dengan salah satu komunitas rasta yang punya base camp di Mavilla. Dari perbincangan tersebut saya tahu bahwa rata-rata mereka merasa gamang dengan keadaan masyarakat yang sangat jauh dari ideal. Mereka merasa apa yang terjadi sekarang adalah sebuah paradox terhadap apa yang seharusnya terjadi. Oleh karena itu, mereka menjadi skeptis terhadap nasihat-nasihat moral, terutama yang datang dari orang-orang yang bukan merupakan anggota komunitas. Tentu saja hal ini menjadi berbahaya ketika kepercayaan mereka terhadap teman lebih besar dibanding terhadap orang tua, guru, tokoh agama, dan tokoh masyarakat mereka. 


“Anak muda kurang ajar, wajar. Orang tua kurang ajar, perlu dihajar.” Begitulah kata-kata yang meluncur dari si Benjo, 16 tahun, yang mengaku menjadi rastamania sejak 2 tahun yang lalu. Dia merasa kesal dengan  pelajaran moral yang didapatkan di rumah atau di sekolah tapi pada kenyataannya mereka yang sering menasihati itu yang sering melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Itulah sebabnya menurut Benjo, begitu dia dikenal di kalangan para rasta Lombok Timur, "saya senang berada di lingkungan rambut gimbal karena dengan itu dia bisa hidup apa adanya."


Benjo tidak sendiri. Mail dari kelompok Reggae-reggae juga berpendapat seperti itu. Kumpul bersama rastafarians yang lain menjadi kebutuhan. “Tidak bertemu sehari saja, maka saya akan merasa gelisah,” demikian Mail. Bertemu dengan teman senasib membuat hidup menjadi lebih bermakna. Mail dianggap menjadi pemimpin di kelompoknya meskipun secara formal tidak ada pengurus organisasi yang jelas. “Tidak ada yang mau mendengar saya di rumah. Mereka menganggap saya masih kecil,” tutur Mail yang sekarang di tahun pertama sekolah menengah di Mataram. Saya bertemu Mail dan kawan-kawannya ketika mereka menjenguk Azis the reggaeman yang masuk rumah sakit gara-gara kecelakaan lalu lintas. Menurut orang tua Azis, anak-anak rasta ini menjenguk temannya setiap hari. Mereka datang ramai-ramai, memberi dukungan kepada temannya yang sakit.  Keliatan sekali kalau mereka berempati terhadap penderitaan temannya yang sedang mendapat musibah. 


Ternyata ikatan emosional pada orang-orang yang merasa senasib sangat kuat. Kita tahu ada beberapa orang yang mau berkorban untuk orang lain karena mereka saudara sekandung. Ada juga yang solidaritasnya terbentuk karena mereka satu kampung, satu suku, satu negara, satu ideologi, atau satu agama. Di antara dasar-dasar solidaritas itu, saya bertanya-tanya, yang mana yang lebih kuat?  Kalau ditinjau secara theologi, tentu saja persaudaraan agama haruslah lebih kuat dari bahkan persaudaraan nasab. Tetapi orang memiliki kepentingan dan karakternya sendiri-sendiri.


Keteladanan para tokoh dari hulu sampai hilir dan juga orang tua sangat dibutuhkan oleh remaja kita. Tapi sayang sekali itu tidak mereka dapatkan di sekeliling mereka.  Oleh karena itu remaja yang sedang mencari jatidirinya lebih mendapatkan apa yang mereka cari di lingkungan komunitasnya dibandingkan di sekolah, bahkan di rumah atau lingkungan rumahnya.


Menjadi bagian dari sebuah komunitas menjadi kebutuhan masyarakat modern yang semakin lama semakin individualistis. Hidup yang materialis dan kapitalis membuat kita menjadi jauh dari satu sama lain. Ketika orang tua dan saudara menjadi orang lain bagi mereka, maka kebutuhan mereka akan teman yang senasib menjadi semakin besar. Tidak heran kalau pengaruh teman ini menjadi lebih kuat dibandingkan dengan nasihat guru, tuan guru, atau bahkan orang tua yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-harinya jauh dari nilai-nilai yang mereka ajarkan.
Hal ini terkadang dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa komunitas rambut gimbal tidak jauh-jauh dengan minuman keras dan ganja. Hal ini bisa menjadi pintu masuk bagi para pengedar untuk memperluas pasar mereka ke anak-anak di bawah umur, mengingat gank rasta mania ini kebanyakan anggotanya adalah anak-anak di bawah umur. Para pemuja Bob Marley ini ada yang merasa bahwa mereka belum menjadi rasta-man sejati kalau belum pernah "nyimeng". Bahkan dalam beberapa lirik lagu reggae lokal, dengan eksplisit diperkenalkan benda-benda terlarang macam ganja dan narkoba yang seolah menggambarkan berapa dekat mereka ini dengan barang-barang tersebut. Meskipun kebanyakan dari mereka tidak sanggup membeli, tapi selalu saja ada angota lain yang kebetulan memiliki benda terlarang tersebut -dengan alasan harus sama rasa, sama rata- selalu siap berbagi.  Dan dengan itu mereka rentan terhadap godaan pelanggaran hukum dan norma agama.


Ketika hal ini saya konformasikan kepada para rastafarian yang sedang berkumpul di selasar rumah sakit itu, secara tidak langsung mereka mengiyakan permasalahan ini. Tetapi ketika saya ingin tahu lebih banyak lagi, mereka menghindar dan tidak mau melanjutkan interview kalau saya masih bertanya masalah itu.


Oleh karena itu, bila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, tidak mustahil kondisi seperti ini akan menjauhkan mereka dari keluarga, sekolah, dan karakter mereka sebagai orang Indonesia. Harus ada ada gerakan massive yang mengembalikan anak-anak ini kepada keluarga dan sekolah, mengembalikan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memberikan teladan hidup kepada masyarakat di sekitarnya. Jika tidak, kita boleh khawatir, satu generasi ke depan, anak-anak kita akan lebih mengenal Bob Marley daripada Agus Salim, Natsir,  atau Salahuddin al Ayyubi. Yang artinya, kita sedang menonton bangsa kita menuju kehancuran seiring dengan makin rancaknya tepukan Jimbe.
Keteladanan adalah kata kunci yang hilang dari generasi pendahulu kita.
You can fool some people some times
But you cannot fool all people all the time
Now you see the light,
Stand up for your right.
Come on and get up stand up.
(Get up Stand Up - Bob Marley and the Wailers)